Direktur PTKI Tekankan Moderasi Beragama untuk Perkuat Persaudaraan

  • Admin Humas
  • Kamis, 02 September 2021
  • 1269 Tampilan
Direktur PTKI Prf. Dr. Suyitno, M.Ag saat menyampaikan kuliah umum di PBAK UIN RIL 2021.

Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI Prof Dr Suyitno MAg sampaikan moderasi beragama untuk memperkuat persaudaraan.

Hal ini disampaikan pada Kuliah Umum dihari ketiga Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Raden Intan Lampung, Kamis (2/9/2021). PBAK berlangsung secara virtual melalui aplikasi Zoom dan ditayangkan secara langsung pada kanal YouTube serta fanpage Facebook UIN Raden Intan Lampung.

Menurut Direktur PTKI, sebagai bagian dari insan UIN harus mampu saling menghargai dan saling memanusiakan. “Ukhuwah itu harus dibangun. Persaudaraan antar umat manusia tidak bisa dinafikan. Semua dari kita saling ketergantungan. Moderat itu, keyakinan kita tidak luntur dan persaudaraan tetap terjaga,” katanya.

Prof Suyitno menjelaskan, moderasi itu cara beragama, bukan agamanya. “Indonesia itu 700 lebih suku, 1000 lebih bahasa, 6 agama dan beragam kepercayaan. Indonesia ini negara yang paling plural. Tidak ada cara lain untuk moderat,” jelasnya.

Dia juga menjelaskan tentang integrasi keilmuan yang diterapkan UIN dengan mengutip hadist Nabi:

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.”

Tangkapan layar Rektor UIN Prof. Mukri saat sampaikan sambutan pada kuliah umum PBAK 2021.

Sementara itu, Rektor UIN Prof Dr Moh Mukri MAg yang juga turut hadir mengatakan, moderasi merupakan sesuatu keniscayaan. “Moderasi itu suatu keharusan. Moderasi sama dengan washatiyah. Orang yang di tengah harus tau pinggir. Orang wasathiyah sangat menghargai perbedaan. Orang Indonesia harus memahami perbedaan,” ujarnya.

Prof Mukri mengingatkan untuk banyak belajar yang dilakukan Allah SWT. “Contoh orang kafir, tapi Allah masih memanggilnya, menegurnya. Jadi orang kafir (dalam Alqur’an) masih disapa oleh Allah. Jadi, kalo ada manusia hanya karena perbedaan saja tidak menegur, itu sangat keterlaluan. Kita sehebat apapun, kalo tidak mampu mengajak yang lain, kita bukan siapa-siapa,” ungkapnya.

Rektor juga berpesan agar sivitas UIN dapat berpikir dan bertindak moderat. “Kita harus menghargai keragaman. Ini bekal, agar masuk UIN tidak radikal,” tambahnya.

PBAK berlangsung selama 4 hari pada 31 Agustus-3 September 2021. Peserta PBAK diwajibkan untuk mengisi presensi dan feedback materi pada aplikasi elearning UIN Raden Intan Lampung. (NF/HI)