Dosen UIN RIL Presentasikan Riset Pengembangan Kurikulum di Konferensi Internasional Hongkong
- Admin Humas
- Sabtu, 24 Mei 2025
- 1024 Tampilan

Hongkong (Humas UIN RIL) – Tika Febriyani, Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam (BKPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, tampil sebagai salah satu presenter pada The 9th International Conference on Learning and Teaching 2025 (ICLT 2025) yang diselenggarakan oleh The Education University of Hong Kong (EdUHK), 21–23 Mei 2025 di kampus EdUHK, 10 Lo Ping Road, Tai Po, New Territories, Hong Kong.
Konferensi ini mengangkat tema besar “Learning and Teaching for Future Readiness”, yang membahas inovasi pembelajaran dan pengajaran dalam menghadapi tantangan masa depan. Acara ini dihadiri oleh ratusan akademisi dari berbagai negara seperti Indonesia, Australia, Hong Kong, Jepang, Kanada, Jerman, Amerika Serikat, Rusia, Prancis, dan lainnya.
Dalam forum ilmiah internasional ini, Tika Febriyani mempresentasikan paper berjudul “Reveal of Curriculum Development: Bibliometric Analysis and Literature Review” hasil kolaborasi dengan tiga dosen BKPI UIN Raden Intan Lampung lainnya, yaitu Iqbal, Ali Murtadho, dan Rika Damayanti.
Tika menjelaskan, penelitian ini menggunakan pendekatan analisis bibliometrik dan tinjauan literatur untuk memetakan tema-tema yang dominan maupun yang kurang diperhatikan dalam pengembangan kurikulum secara global.
“Hasilnya menunjukkan bahwa topik yang paling sering diteliti dalam pengembangan kurikulum adalah curriculum, medical education, dan program development. Sementara tema yang paling sedikit diteliti adalah needs assessment dan educational measurement,” ungkapnya.
Ia juga memaparkan, negara-negara yang paling produktif menulis artikel ilmiah tentang pengembangan kurikulum meliputi Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Australia, Kanada, Tiongkok, Indonesia, Afrika Selatan, Belanda, dan Malaysia. Sementara itu, negara dengan kontribusi artikel paling sedikit adalah Argentina, Azerbaijan, Kuba, El Salvador, Islandia, Irak, Jamaika, Kirgizstan, Mozambik, Makedonia Utara, dan Kepulauan Solomon—masing-masing hanya memiliki satu artikel.
Lebih lanjut, Tika menekankan pentingnya perencanaan kurikulum yang matang. “Jika kurikulum tidak disiapkan dengan baik, dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi serius seperti ketidaksesuaian dengan perkembangan IPTEK, menurunnya mutu pendidikan, ketimpangan antara kebutuhan siswa dan pembelajaran yang diberikan, tidak responsif terhadap isu sosial dan kebutuhan lokal, serta menghambat pengembangan keterampilan abad ke-21,” ujarnya.
Namun sebaliknya, kurikulum yang dirancang secara tepat akan berdampak positif secara signifikan, seperti relevansi terhadap perkembangan IPTEK, peningkatan kualitas pembelajaran, penguatan keterampilan abad ke-21, dan responsivitas terhadap isu sosial serta kebutuhan masyarakat.
Konferensi ICLT 2025 ini turut dihadiri para pakar pendidikan terkemuka dunia, di antaranya Professor Yu Shengquan (Tiongkok), Professor Lim Cher Ping (Hong Kong), Professor William Straw (Kanada), Professor Deng Zongyi (Inggris), dan Professor Hong Ji (Amerika Serikat).

Selain presentasi ilmiah, konferensi ini juga membahas berbagai topik penting seperti AI, Metaverse and STEAM Education, Virtual and Blended Teaching and Learning, New Humanities Education, Values Education, Teacher Conduct and Well-being, Educational Leadership and Curriculum Development for the Future, serta berbagai isu lain terkait pembelajaran, pengajaran, dan asesmen. (An/AH)