Membangun Peradaban Harmonis Berbasis Trilogi Kerukunan Jilid II
- Admin Humas
- Jumat, 27 Juni 2025
- 1253 Tampilan

Oleh Prof. H. Wan Jamaluddin Z, Ph.D
Rektor Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Dunia hari ini tengah menghadapi berbagai persoalan yang saling berkaitan dan mengancam keberlangsungan hidup manusia.
Dalam aspek ketuhanan, banyak terjadi degradasi spiritual yang ditandai oleh praktik keberagamaan yang dangkal dan eksklusif. Relasi manusia dengan Tuhan kerap tereduksi menjadi formalitas ritual tanpa penghayatan nilai ilahiah yang transformatif.
Di bidang sosial, masyarakat dihadapkan pada intoleransi, konflik identitas, serta melemahnya solidaritas sosial akibat polarisasi politik, ekonomi, dan media digital yang memperkuat sekat-sekat perbedaan. Keberagaman yang seharusnya menjadi anugerah sering kali justru menjadi sumber ketegangan.
Tidak kalah serius, krisis ekologis melanda hampir seluruh kawasan bumi. Perubahan iklim, kerusakan hutan, penambangan yang berlebihan, pencemaran air dan udara, serta kepunahan spesies terjadi sebagai akibat dari perilaku manusia yang eksploitatif dan tidak bertanggung jawab terhadap alam.
Krisis lingkungan ini tidak hanya berdampak pada kerusakan fisik bumi, tetapi juga menyebabkan ketimpangan sosial dan memperlemah kualitas hidup masyarakat rentan. Relasi manusia dengan alam belum dijalankan secara bijak dan memuliakan setiap ciptaan Tuhan.
Melihat kompleksitas persoalan tersebut, Kementerian Agama Republik Indonesia menghadirkan pendekatan baru yang lebih utuh dan solutif yakni Trilogi Kerukunan Jilid II.
Ini merupakan kelanjutan dari komitmen Kementerian Agama dalam membangun kehidupan berbangsa dan beragama yang damai, seimbang, dan berkelanjutan.
Setelah sebelumnya fokus pada kerukunan antarumat beragama, Jilid II memperluas jangkauan dengan menekankan pentingnya membangun harmoni secara utuh: antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam semesta.
Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA, memperkenalkan trilogi ini dalam berbagai forum nasional sebagai respons terhadap tantangan spiritual dan ekologis yang semakin kompleks.
Tiga pilar utama yang diangkat dalam program ini adalah: pertama, kerukunan manusia dengan Tuhan yang menekankan pentingnya spiritualitas mendalam, pemurnian hati, dan kesadaran akan keterbatasan manusia.
Kedua, kerukunan antarsesama manusia sebagai upaya membangun solidaritas sosial lintas suku, agama, dan golongan.
Ketiga, kerukunan manusia dengan alam semesta yang menjadi penekanan utama pada Jilid II ini, dengan mengusung pendekatan “ekoteologi”, yaitu pemahaman bahwa menjaga lingkungan merupakan bagian dari ibadah dan amanah keagamaan.
Ini kemudian dipertegas oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, dalam Rapat Koordinasi Kelulusan UM-PTKIN 2025 yang digelar pada Rabu, 25 Juni 2025.
Dalam arahannya, beliau menyampaikan pesan strategis kepada para Rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) untuk tidak hanya memahami gagasan Trilogi Kerukunan secara teoritis, tetapi juga mengembangkan dan mengimplementasikannya secara nyata di lingkungan kampus.
Hal ini mencakup internalisasi nilai-nilai spiritual dalam sistem pendidikan, penguatan budaya akademik yang inklusif dan toleran, serta pelibatan aktif civitas akademika dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Kampus diharapkan menjadi laboratorium kerukunan yang menyinergikan hubungan harmonis dengan Tuhan, membangun relasi sosial yang damai, serta membentuk kesadaran ekologis di tengah tantangan zaman.
Dengan demikian, PTKIN tidak hanya melahirkan lulusan cerdas secara intelektual, tetapi juga visioner, beretika, dan peduli terhadap keberlangsungan kehidupan umat dan alam semesta.
Lokomotif Kampus Moderat
Sebagai bagian dari PTKIN, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) tentu berkomitmen menjadi lokomotif dalam mewujudkan kampus yang moderat, inklusif, dan menjadi pilar harmoni bangsa. Komitmen ini tidak sebatas retorika, tetapi diimplementasikan melalui berbagai program strategis.
Dalam aspek penguatan hubungan dengan Tuhan, UIN RIL secara konsisten membina kesalehan spiritual mahasiswa dan dosen melalui penguatan budaya akademik bernuansa religius, penguatan Ma’had Aljamiah, serta revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat pendidikan spiritual dan sosial.
Di bidang kerukunan sosial, UIN Raden Intan Lampung telah membangun ekosistem pendidikan yang menekankan pada nilai-nilai moderasi beragama.
Melalui integrasi tema moderasi dalam mata kuliah keislaman, penguatan Pusat Studi Moderasi Beragama, dan program pembinaan mahasiswa lintas fakultas, kampus ini menumbuhkan budaya toleransi, anti radikalisme, serta semangat keberagaman yang sehat dan produktif. Mahasiswa juga didorong untuk terlibat aktif dalam diskusi kebhinekaan, dan kegiatan sosial kemasyarakatan yang memperkuat solidaritas di tengah perbedaan.
Dalam aspek kerukunan dengan alam, UIN RIL menjadi PTKIN yang terdepan dalam mengarusutamakan isu lingkungan hidup dalam kebijakan dan program kampus.
Melalui kebijakan Green Campus, kampus mendorong gerakan penghijauan lingkungan, pemanfaatan energi ramah lingkungan, manajemen sampah terpadu, dan pembangunan sarana ramah lingkungan.
Dalam program Gerakan Menanam Pohon sebagai bagian dari implementasi Trilogi Kerukunan Jilid II, UIN RIL mengajak mahasiswa baru, dosen, hingga tenaga kependidikan untuk menjaga kebersihan, menanam dan merawat pohon sebagai bentuk tanggung jawab ekologis yang berakar dari nilai-nilai keagamaan.
Selain itu, riset-riset tentang ekoteologi dan fiqh lingkungan juga dikembangkan melalui skema penelitian dosen dan mahasiswa.
UIN Raden Intan Lampung juga berupaya memperkuat sinergi dengan pemerintah daerah, komunitas masyarakat, serta ormas keagamaan untuk menyebarluaskan nilai-nilai kerukunan tersebut ke luar kampus. Melalui pengabdian masyarakat berbasis moderasi beragama dan pelestarian lingkungan, kampus ini terus berupaya menjadi agen perubahan yang memberi dampak nyata bagi masyarakat.
Memberi Dampak Positif
Berbagai program Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung dalam mengimplementasikan Trilogi Kerukunan Jilid II Kementerian Agama diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan, baik di lingkungan kampus maupun di masyarakat luas.
Pertama, melalui integrasi nilai-nilai moderasi beragama dalam kurikulum akan membentuk karakter civitas akademika yang toleran, inklusif, dan mampu hidup berdampingan secara damai dengan siapa pun. Mahasiswa tidak hanya memahami keberagaman sebagai fakta sosial, tetapi juga sebagai rahmat yang harus dirawat dan dijaga.
Kampus ini juga bisa menjadi contoh konkret dari praktik harmoni sosial. Budaya akademik yang rukun, terbuka, dan bebas dari kekerasan simbolik tumbuh melalui berbagai forum lintas keilmuan dan kolaborasi dengan ormas keagamaan.
Dalam bidang ekologi, UIN Raden Intan Lampung menunjukkan komitmen kuat terhadap pelestarian lingkungan melalui gerakan Green Campus, penanaman pohon, pengelolaan sampah, dan penghematan energi. Langkah ini bukan hanya menjadikan lingkungan kampus lebih hijau dan sehat, tetapi juga menumbuhkan kesadaran ekologis mahasiswa yang berbasis nilai-nilai keagamaan.
Program Trilogi Kerukunan Jilid II yang dicanangkan Kementerian Agama RI menemukan manifestasi nyatanya dalam berbagai inisiatif strategis yang dijalankan oleh UIN Raden Intan Lampung.
Sinergi antara gagasan nasional dan pelaksanaan di tingkat kampus ini membuktikan bahwa nilai-nilai kerukunan dengan Tuhan, sesama, dan alam bukan sekadar wacana, tetapi menjadi gerakan transformatif yang menjangkau dimensi spiritual, sosial, dan ekologis secara utuh.
Sinergi ini memperlihatkan bahwa lembaga pendidikan tinggi keagamaan memiliki peran strategis dalam mentransformasikan nilai keagamaan menjadi gerakan sosial dan lingkungan yang berdampak luas. Trilogi Kerukunan Jilid II dan program UIN RIL saling menguatkan dan menjadi satu kesatuan gerak menuju peradaban bangsa yang harmonis lahir dan batin.