Intellectuality, Spirituality, Integrity

UIN RIL Susun Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka

  • Admin Humas
  • Jumat, 04 Februari 2022
  • 4614 Tampilan
Workshop kurikulum MBKM UIN Raden Intan Lampung.

UIN Raden Intan Lampung susun kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Penyusunan kurikulum ini melalui workshop yang diikuti unsur pimpinan terdiri dari Wakil Rektor, Kepala Biro, Dekan, Wakil Dekan, Kepala Lembaga, Ketua UPT, dan Ketua/Sekretaris Prodi.

Workshop kurikulum MBKM berlangsung di Hotel Emersia, Bandar Lampung, 3-5 Februari 2022. Hadir sebagai narasumber yakni Prof Dr Iswandi Syahputra MSi (Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).

Wakil Rektor (WR) I Prof Dr Alamsyah MAg menjelaskan, MBKM merupakan gagasan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim. “UIN Lampung sangat siap. Kita sambut (MBKM), kita jalankan dengan serius. Kita memiliki banyak prestasi dan capaian. Ini modal dalam mengembangkan kampus melalui MBKM dan membawa UIN lebih maju,” terangnya, Kamis (3/2/2022).

Ide mengenai MBKM ini sudah diturunkan ke dalam beberapa peraturan dan pedoman, diantaranya Buku Panduan Penyusunan KPT di Era Industri 4.0 untuk Mendukung Merdeka Belajar Kampus Merdeka, Ditjen Belmawa, Dikti-Kemendikbud, 2020; Buku Panduan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, Ditjen Belmawa, Dikti-Kemendikbud, 2020; dan Keputusan Dirjen Pendis nomor 7290 tahun 2020 tentang Panduan Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Menurutnya, semua perguruan tinggi dalam dan luar negeri sudah terkoneksi, maka perlu program  MBKM. “Mahasiswa dibekali dengan praktikum dan magang. Bisa di lembaga keagamaan, perusahaan, lembaga negara, bisa juga melanjutkan studi. Jadi ketika sarjana, mereka jadi lebih siap,” kata Prof Alam.

Dia juga memaparkan, program kuliah lapangan yang telah ada seperti KKN, PKL, dan PPL akan masuk ke dalam skema kurikulum MBKM. “Kurikulum ini juga disiapkan untuk program internasionalisasi lembaga dan akreditasi perguruan tinggi,” tambahnya.

Sementara Prof Iswandi menjelaskan, MBKM ini merupakan konteks masa depan, bukan konteks saat ini apalagi konteks masa lalu. “MBKM harus selaras dengan visi kampus. MBKM adalah refleksi dan aktualisasi integrasi-interkoneksi keilmuan. Kuncinya terletak pada kolaborasi, bukan kompetisi,” jelasnya.

Dalam materinya, Prof Iswandi menjabarkan program MBKM ini ke dalam 8 bidang. Bidang tersebut yaitu magang/praktik kerja; mengajar di sekolah; pertukaran pelajar; penelitian; kegiatan kewirausahaan; studi/proyek independen; proyek kemanusiaan; dan membangun Desa/Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik. (NF/HI)